Tulis ya tulis saja!




Baru aja tongkrongin TL nya @nulisbuku, kalau mau nulis ya nulis aja, pake bahasa kamu. Ga usahlah ngikutin gaya siapaaa gitu orang terkenal, penulis best seller. Milikilah gaya sendiri.
Yap! Bener banget. Eh tapi kalo buat aku sih malah jadi kacau balau. Aku mau nulis apa sih? Sekarang aja ga tau nih nulis apa,. Curcol, hayoh wee ni blog isinya curcol semuanya. Aduh hapunten lah yang baca pasti pusing karena liat blog ini isinya aneh bin geje (kaya ada yang baca aja -_-“ yah anggep aja ada lah wkwks)
Yaudahlah kalo emang curcol emang kenapa. Emang beneran juga tadi abis mantengin @nulisbuku. Wah lumayan tuh dapet tips-tips buat nulis buku *hiks aku kapan ya punya buku sendiri :’)
Doakan yah sob semoga cepet bikin buku. Yah gimana mau jadi, kalo belum dimulai-mulai. Sebenernya udah mulai ngekonsep sih, tapi ya gitu. Banyak halangan rintangan badai menghadang *halah lebay banget.
Hhm.. seharusnya kalau udah ngonsep, sambil bikin draft juga. Dan untuk draft usahakan tidak lebih dari 3 bulan. Waaah jadi nulis teh sebentar dong ya? Iya mungkin nulisnya mah bentar, tapi revisinya itu looo.. nah ini nih yang suka bikin males, revisi. Padahal kalo penulis kan harus mau revisi ya. Semangat semangat J
Gapapa deh, belajar mulai dari yang kecil dulu. Intinya konsisten. Semoga istiqomah, bismillah..

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setiap hari kusiram, kuberi pupuk, lalu kucabut. Esoknya kursiram lagi, kuberi pupuk, lalu kucabut lagi. Hal yang sama terus dilakukan dengan rutin. Cepat sekali tanaman ini tumbuh, dan cepat pula ia mati, meski ia tidak pernah benar-benar mati. Layaknya orang bekerja, ia segan untuk tumbuh tapi tak mau mati. Seharusnya aku cabut sampai ke akar-akarnya.
Baca selengkapnya
  Bagaimana cara untuk dapat terjaga dan bercengkrama di penutup hari   tanpa memikirkan apapun tanpa memikirkan apapun tanpa memikirkan apapun   hanya tentang engkau saja  
Baca selengkapnya

Seteru Satu Guru

Buku yang ditulis oleh Haris Priyatna ini bercerita tentang 3 pemuda yang bertemu di sebuah rumah indekos di Jl. Peneleh Gang VII, kediaman guru yang dijuluki Raja Jawa Tanpa Mahkota, HOS Tjokroaminoto. Berpusat pada Soekarno, disini diceritakan bagaimana kedekatan Soekarno dengan Musso ataupun Soekarno dengan Kartosoewirjo. Seperti pada judulnya, buku ini menceritakan seorang guru hebat  yang ditakuti lawan dan dicintai kawan-kawannya. Keteladanan sifat dan keluasan ilmunya mempengaruhi tiga pemuda yang kini kita kenal sebagai pemimpin besar dengan mimpi yang sama, mewujudkan Indonesia merdeka, walau pada akhirnya mereka masing-masing berada di jalan berbeda. Buku ini membawa kita pada asal muasal pemikiran Soekarno. Bibit awal semangat revolusi dan minatnya pada orasi. Tidak  seperti membaca buku sejarah yang membosankan dan membuat kantuk, justru terasa seru karena dikemas menjadi novel. Tapi tidak juga menghilangkan nilai nilai sejarah di dalamnya. Bagus dibaca oleh...
Baca selengkapnya